Fakta kehilangan

Seujung rambut~, seujung kuku~ Jangan pernah, kau sakiti dirinya~

Ehem, bait diatas adalah potongan lagu dangdut yang dipakai oleh akun ig @undercover.id saat memosting sebuah video. Lalu begini hasil shootscreen layarnya menjadi sebuah foto.

Mesra sekali kan? Ehem bukan, perhatian sekali bukan suaminya?

Pasti begitulah semua keinginan hati semua istri.

Jadi begini~~~

Saya ingin bercerita tentang seorang laki-laki yang meninggal duluan dibanding istrinya.

Laki-laki ini tergolong ganteng, good looking. Walaupun saya terakhir berjumpa 2 tahun yang lalu, tapi masih nampak sisa-sisa ketampanan yang melekat pada wajahnya.

Tapi bukan itu yang ingin saya bahas.

Melainkan, bagaimana sabarnya laki-laki yang kami memanggilnya dengan sebutan ‘atuk’ ini dalam menghadapi  istrinya.

“Kami tak membiarkan nenek sendiri dek. Kalau sendiri pasti nangis.” Begitu ucap si anak terkait ibunya yang sedih ditinggal mati oleh suaminya.

“Atuk ini sabar kali dek. Bagaimanapun kelakuan nenek, ga pernah ia bersuara.”

“Nenek ini kadang mulutnya kelewatan. Dalam marah, kasar mulutnya. Dalam becanda pun kelewatan mulutnya.” Begitu kata si anak.

Cukup panjang si anak bercerita. Ada bagian cerita yang membuat saya mengharu biru.  Kata anaknya, pernah si nenek pengen gulai ikan nila toco buatan anaknya.

“Ayah, aku pengen gulai ikan toco si Osin lah” Begitulah kemungkinan rengek si istri kepada suaminya.

Walaupun jauh, tanpa perlu pikir dua kali si suami pergi ke pajak, membeli seekor ikan nila yang kemudian di bawa kerumah anaknya.

Pas ayahnya datang, si anak kaget melihat sang ayah datang bawa seekor ikan nila ukuran sedang.

“Mamakmu kepengen gulai ikan toco buatanmu, Osin. ” Ucap si Ayah.

“Kenapa ga nelpon ayah? Biar aku yang kesana. Biar ga capek ayah kesini. ” Balas si anak ke pada ayah  yang kasian melihat ayahnya menempuh jarak 1 jam menuju rumahnya.

“HP ayah kemasukan air. Rusak. Ga bisa dipake lagi.” Jawab si ayah.

Si anak menghela nafas. Kasian melihat ayahnya, lalu ia segera bergegas memasak masakan yang di request ibunya.

Selesai masak, si ayah bergegas pergi.

“Loh ayah ga makan dulu? ” Tanya si anak heran.

“Ga usah. Mamakmu dah lapar. ” Jawab si ayah yang mungkin juga lapar, namun karena ingat istri, ia tak menghiraukan rasa laparnya.

Si anak hanya menarik nafas lagi, ia tak bisa menahan ayahnya.

Lalu aku sebagai orang ketiga yang mendengar cerita ini, terbayang lah olehku, laki-laki tua yang memakai motor supra, yang pasti berkendara pelan, membawa makanan pesanan istri tercinta.

Kalau boleh berkomentar, saat itu, pasti si istri belum sadar betapa besar pengorbanan si suami untuk dirinya.

“Lalu dek,” Lanjut kakak yang merupakan anak si atuk dan nenek keturunan melayu ini.

“Pernah atuk bolak balik membeli makanan keluar. Sudah tengah malam loh. Setelah dibeli, nenek komplen bukan itu yang dia mau. Akhirnya atuk keluar lagi membeli yang lain. “

Aku membayangkan. Tengah malam, si istri minta dibelikan makanan oleh suami. Sudah hebat si suami mau keluar membelikan. Karna bukan lagi ngidam ya. Tapi eh setelah di belikan, si istri malah komplen, minta dibelikan yang lain. Tapi si atuk dengan sabar, tetap menuruti keinginan si istri. Hebat sekali :’)

Memang sudah lama atuk dan nenek ini tinggal berdua. Anak sudah besar-besar, tinggallah mereka berdua melanjutkan hidup. Si atuk ini lah yang merawat si nenek, istrinya yang mengidap diabetes.

Kalau dilihat dengan mata manusia, mungkin kita menyangka, si nenek inilah yang bakal meninggal duluan.

Tapi itulah kehendak Tuhan. Yang merawat, lebih duluan meninggal daripada orang yang di rawat.

Ya memang, yang sudah lama sakit, belum tentu dia yang lebih dahulu dicabut ajalnya. Bisa saja si yang sehat, diberi sakit sebentar saja, lalu diambil nyawanya.

Begitulah hidup, umur seseorang tidak dapat di terka.

Sekarang, tinggal lah nenek yang selalu menangis jika seorang diri. Namun si anak tak membiarkan ia sendiri, di temani duduk, bercerita, untuk mengalihkan fikiran nenek ke si atuk, suami tercintanya. 🙂

Segala sesuatu baru terasa berharga setelah kita kehilangannya~

Leave a comment