Jadi Bagaimana?

“Satu Asesor suka durian. Yang satu nya lagi mual kena bau durian. Jadi bingunglah kami kemarin. Tidak jadi kami bawa mereka makan di Ucok durian.” Celetuk Ibu pimpinan Fakultas Farmasi yang pagi ini mamakai jilbab Maron.

“Yang Bapak Asesor itu, banyak juga pantangnya. Sudah tak suka durian, beliau juga tak makan seafood.” Tambah Bu Dekan dengan logat medan kental yang masih semangat sesuai tema baju nuansa merah membara.

“Lah kok gitu Bu? Apa Bapak nya ada hipertensi?” Celetuk saya kemudian ingin tahu

“Bukan hipertensi dek. Tapi kolesterol.” Jawab Bu Dekan sambil menampakkan senyum manisnya.

“Terus istrinya nanyain selalu, hari ini makan, menu nya apa. ” Tambah Bu Dekan lagi.

“Wow” kata saya dalam hati. Berarti istrinya jadi quality control untuk menjaga kesehatan suaminya.

“Jadi kemaren setiap mau makan istrinya nelpon Bu?” Tanya saya masih kepo.

“Ga tiap makan Dek. Tapi Bapak nya cerita. Kalau istrinya nanya tiap hari menu makan nya apa.” Jawab Bu Dekan.

“Oh gitu Bu.” Jawab saya sembari ketawa. Saya mengakui, karena begitulah seharusnya seorang istri, menjaga setiap apa pun yang akan dimakan oleh suaminya. Memastikan bahwa makanan tersebut tidak menganggu kesehatan sang suami dihari ini atau dihari-hari berikutnya.

Lalu apa hikmah yang bisa diambil dari percakapan singkat pagi ini?

Manusia hanya bisa saling mengingatkan. Suami mengingatkan istri, istri mengingatkan suami. Bukan tanda posesif, melainkan tanda peduli.

Tapi jika lah yang diingatkan tidak mau melaksanakan, ya sudah lah, biarkan saja. Tak usah dipaksakan, daripada timbul pertengkaran. Berdoa saja, semoga Allah lah yang bisa merubah hatinya untuk apa pun hal yang terbaik kedepannya untuk dirinya dan keluarganya.

Tapi, diakhir kalam, tidak usah lah terlalu berharap kepada manusia, itu hanya menimbulkan rasa sakit, oleh karena itu, serahkan semuanya kepada Allah, Tuhan semesta Alam.

Meja masih banyak berkas
Dokumen Akreditasi sudah dibersihkan dari meja :v

Leave a comment